December 30, 2020 | Other Activities
Pada tahun 2019 ini, perekonomian Maluku Barat Daya berdasarkan nilai nominal produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai 1,65 triliun rupiah dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai 1,06 triliun rupiah.
Pada tahun ini, ekonomi Maluku Barat Daya tumbuh 5,97 persen lebih lambat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 6,11 persen. Perlambatan ekonomi ini tentu juga dipengaruhi faktor eksternal. Secara regional, laju pertumbuhan ekonomi Maluku tumbuh melambat sebesar 5,57 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar 5,94 persen. Demikian juga secara nasional, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh melambat sebesar 5,02 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar 5,17 persen. Fenomena ekonomi nasional maupun regional tentu sedikit banyaknya berdampak terhadap ekonomi Maluku Barat Daya, namun jika dicermati laju pertumbuhan ekonomi Maluku Barat Daya relatif resilien terhadap dampak eksternal.
Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai sektor konstruksi sebesar 7,31 persen. Pertumbuhan didorong hampir semua sektor ekonomi, namun terdapat beberapa sektor yang mengalami perlambatan. Beberapa sektor ekonomi yang mengalami perlambatan yang cukup signifikan mempengaruhi perlambatan laju pertumbuhan ekonomi Maluku Barat Daya yakni sektor industri yang hanya tumbuh sebesar 4,24 persen dibanding tahun sebelumnya yang dipengaruhi antara lain menurunnya aktivitas industri kopra akibat rendahnya harga kopra. Sektor informasi dan komunikasi hanya tumbuh sebesar 3,75 persen dibanding tahun sebelumnya yang dipengaruhi antara lain terhambatnya aktivitas pemasangan instalasi kabel fyber optic untuk akses internet di Moa akibat kendala penganggaran. Sektor pengadaan listrik hanya tumbuh sebesar 2,55 persen dibanding tahun sebelumnya yang dipengaruhi antara lain fenomena pemadaman listrik yang cukup sering terutama pada wilayah kerja PT. PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan (ULP) Moa. Sektor jasa keuangan hanya tumbuh sebesar 1,59 persen disbanding tahun sebelumnya yang dipengaruhi antara lain kontraksi kredit perbankan. Hal ini terlihat dari masih cukup tingginya rata-rata suku bunga kredit bank persero, bank pemerintah daerah dan bank swasta nasional untuk kredit modal kerja (KMK) 10,68 persen dan untuk kredit investasi (KI) 10,46 persen.
Struktur perekonomian Maluku Barat Daya dari sisi sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian termasuk kehutanan dan perikanan sebesar 41,01 persen dari total PDRB Maluku Barat Daya kemudian sektor administrasi pemerintahan sebesar 23,62 persen dan sektor konstruksi sebesar 10,61 persen.